Pada hari yang penuh duka, kamp pengungsian Jabalia di Jalur Gaza kembali menjadi sasaran serangan udara oleh militer Israel. Serangan tersebut dilaporkan menghantam kawasan padat penduduk, menyebabkan puluhan korban jiwa dan luka-luka. Banyak dari mereka yang tewas adalah perempuan dan anak-anak.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa jenazah para korban masih banyak yang tertimbun di bawah reruntuhan bangunan yang hancur. Tim penyelamat dan warga sipil berjuang tanpa alat berat untuk mencari korban selamat dan mengeluarkan jasad dari puing-puing.
Kamp Pengungsian yang Menjadi Target
Jabalia, salah satu kamp pengungsian terbesar dan tertua di Gaza, telah lama menjadi tempat berlindung bagi ribuan warga Palestina yang kehilangan rumah akibat konflik berkepanjangan. Namun, tempat yang seharusnya menjadi zona aman ini justru berubah menjadi kuburan massal dalam hitungan detik.
Saksi mata melaporkan ledakan dahsyat yang mengguncang area pemukiman, menyebabkan bangunan runtuh seketika dan menciptakan kepanikan luar biasa. “Kami mendengar ledakan besar, lalu langit menjadi hitam karena debu. Anak-anak menjerit, dan orang-orang berlari mencari keluarganya,” kata seorang warga.
Reaksi Dunia Internasional
Serangan ini menuai kecaman dari berbagai pihak, termasuk organisasi kemanusiaan internasional. Human Rights Watch dan Amnesty International menyerukan penyelidikan atas kemungkinan pelanggaran hukum humaniter internasional. Beberapa negara menyerukan gencatan senjata segera dan membuka jalur bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Namun, hingga kini belum ada tanda-tanda deeskalasi konflik. Serangan balasan terus terjadi, dan korban sipil semakin bertambah.
Suara dari Tanah Gaza
Di tengah puing-puing, suara kesedihan dan keputusasaan bergema. Para penyintas menuntut perlindungan dan keadilan. “Kami bukan target, kami hanya ingin hidup,” ujar seorang ibu yang kehilangan anaknya dalam serangan tersebut.
Kondisi rumah sakit di Gaza pun sangat memprihatinkan. Kurangnya pasokan medis dan listrik menghambat proses penyelamatan dan perawatan korban. Palang Merah dan Bulan Sabit Merah menyerukan evakuasi medis darurat dan distribusi bantuan tanpa hambatan.
Dunia Tidak Boleh Diam
Tragedi di Jabalia menyoroti betapa rentannya warga sipil dalam konflik yang berkepanjangan ini. Serangan terhadap wilayah padat penduduk, terlebih kamp pengungsian, merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional yang harus mendapat perhatian global.
Kini, lebih dari sekadar kecaman, dunia dituntut untuk bertindak. Perlindungan terhadap warga sipil, akses bantuan kemanusiaan, dan upaya diplomatik untuk mengakhiri kekerasan harus menjadi prioritas utama.
Penutup:
Peristiwa di Jabalia adalah pengingat tragis bahwa dalam perang, yang paling menderita sering kali adalah mereka yang tidak bersenjata. Semoga dunia segera bangkit dan menghentikan lingkaran kekerasan ini sebelum lebih banyak nyawa tak berdosa kembali melayang.