Tahun 2025 menjadi saksi lonjakan signifikan dalam stok beras nasional. Produksi yang tinggi, ditambah dengan impor besar pada akhir 2024, membuat cadangan beras gudang Bulog membludak. Alhasil, pemerintah kini mengambil langkah tak biasa: ekspor beras.
Dalam pernyataan resmi, Indonesia berencana mengekspor 2.000 ton beras per bulan ke Malaysia. Kerja sama ini diharapkan bisa dimulai secepatnya, sebagai bagian dari strategi mengurangi tekanan pasokan dalam negeri sekaligus membuka peluang ekspor pangan ke negara tetangga.
Menurut Badan Pangan Nasional (Bapanas), ekspor ini akan difokuskan pada beras medium yang selama ini kurang terserap oleh pasar domestik.
Ekspor ini diyakini bisa memberikan dampak positif pada tingkat harga di petani. Dengan pasokan yang lebih seimbang, harga gabah dan beras di tingkat petani diharapkan lebih stabil, sehingga mereka tetap memperoleh margin keuntungan yang layak.
Namun, pengamat pangan juga mengingatkan agar pemerintah tetap berhati-hati agar ekspor tidak mengganggu ketahanan pangan nasional.
“Ekspor boleh saja, tapi jangan sampai rakyat kekurangan saat musim paceklik,” ujar seorang analis pertanian dari IPB.
Malaysia saat ini mengalami tekanan pasokan akibat penurunan produksi dalam negeri. Negara tersebut juga menghadapi kendala harga yang fluktuatif, sehingga memilih menggandeng Indonesia sebagai mitra strategis baru dalam rantai pasokan beras mereka.
Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menyatakan bahwa pembicaraan dengan Malaysia sudah mencapai tahap serius. “Kita sudah bicara dengan Malaysia, harga dan standar sudah disepakati, tinggal eksekusi,” ujarnya saat kunjungan kerja ke gudang Bulog karawang.