Presiden Prabowo Subianto untuk mengevakuasi seribu warga Palestina dari Gaza ke Indonesia menyentak ruang publik kita.
dunia yang terbelah antara rasa kemanusiaan dan kepentingan geopolitik, inisiatif ini seperti suara baru dari belantara diplomasi Asia Tenggara.
Namun, dalam euforia menyambut langkah yang disebut-sebut sebagai “misi kemanusiaan”, ada pertanyaan-pertanyaan yang menggantung di langit-langit republik ini: Untuk siapa evakuasi ini ditujukan? Apa landasan hukumnya?
Siapa yang bertanggung jawab atas proses pemindahan dan perlindungan para pengungsi? Dan, pertanyaan paling mendasar: apakah langkah ini benar-benar untuk menyelamatkan, atau sekadar simbolisme global yang tak berpijak pada realitas domestik?
Antara nurani dan strategi
Pernyataan Presiden Prabowo bahwa Indonesia siap mengevakuasi seribu warga Gaza—anak-anak, korban luka, serta warga yang mengalami trauma—adalah ekspresi dari simpati mendalam atas tragedi kemanusiaan yang terjadi di Palestina.
Sebagai bangsa yang sejak awal mendukung kemerdekaan Palestina, suara Indonesia memang tak boleh hilang dari arena kemanusiaan global.
Indonesia dan Gaza: Solidaritas atau Hanya Retorika?
Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar, Indonesia kerap menyuarakan dukungan untuk Palestina. Namun, apakah itu cukup?
A. Diplomasi Indonesia di PBB
- Indonesia aktif mendorong gencatan senjata.
- Namun, tekanan politik global seringkali membuat upaya ini terhambat.
B. Bantuan Kemanusiaan
- Indonesia mengirimkan bantuan medis dan makanan.
- Tapi, akses ke Gaza masih sangat terbatas akibat blokade.
C. Dukungan Publik vs. Kebijakan Nyata
Masyarakat Indonesia ramai-ramai menggalang dana, tetapi apakah pemerintah bisa berbuat lebih banyak?
Gaza Butuh Aksi, Bukan Hanya Simpati
Seribu warga Gaza, seribu pertanyaan yang masih menggantung. Republik Indonesia, sebagai bagian dari komunitas global, harus memastikan bahwa solidaritas tidak hanya berupa kata-kata. Gaza menunggu jawaban. Dunia menunggu aksi.